Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Yasudah

ku biarkan saja kau pergi. aku tidak perlu membela diri kepadamu.  aku sudah bicara - kau tidak suka. yasudah. 

Souvenir

"kau suka hadiah ? perhiasan ? cincin ?"  secara umum tidak, kecuali kadang-kadang bila istimewa, pemberian orang-orang.  aku tidak - sedang mengumpulkan souvenir. souvenir.. sesuatu yang bisa kau masukkan ke tasmu saat kau pergi  oh, jantungku cukup berdebar memualkan. hahaha

Happy 19 March.

ah tuan, aku selalu suka caramu membuat jeda diantara kita. tapi aku tak habis pikir, bagaimana mungkin seseorang sepertimu meninggalkan rasa cinta dihati yang menetap selamanya - dengan cara seperti ini ? ah tuan, aku selalu suka caramu membuat jeda diantara kita. sekiranya dia : cinta memang buta, dan aku : sudah gila. tapi rindu setia menuntun kita. ah tuan, aku selalu suka caramu membuat jeda diantara kita. pergiku tak pernah tergesa-gesa, terhitung hingga hari ini, 19 Maret, 5tahun usia cinta. aku tetap melangkah pelan-pelan, berharap kau bisa berubah pikiran. ah tuan, aku selalu suka caramu membuat jeda diantara kita. rupa-rupanya cinta ini sudah mengakar. tak sudikah kau membuat buanganya kembali merekah ? Happy 19 March.

Apa Kabarmu, Rindu ?

"apa kabarmu, mas ?" aku ? aku baik-baik saja. tak usah cemaskanku. pun aku yakin bantal tidurmu tak penuh dengan kecemasan sepertiku.  perihal menyimpan nyeri aku masih bisa.. aku masih sanggup. aku baik-baik saja. tak usah cemaskanku. tapi jika ku katakan "aku rindu." masihkah kau menyambut dengan "aku akan kesana menemuimu" seperti biasa, lewat pesan singkat dihandphonemu ?

Tahu Diri (Hai, Selamat Bertemu Lagi)

hai, selamat bertemu lagi. aku sudah lama menghindarimu. sialku-lah kau ada disini.  sungguh tak mudah bagiku. rasanya tak ingin bernafas lagi.. tegak berdiri didepanmu kini, sakitnya menusuki jantung ini, melawan cinta yang ada dihati. dan upayaku tahu diri, tak selamanya berhasil apabila kau muncul terus begini, tanpa pernah kita bisa bersama. pergilah... menghilang sajalah lagi. bye, selamat berpisah lagi. meski masih ingin memandangimu. lebih baik kau tiada disini.  sungguh tak mudah bagiku, menghentikan segala khayalan gila, jika kau ada dan ku cuma bisa meradang menjadi yang disisimu. membenci nasibku yang tak berubah.  berkali-kali kau berkata, kau cinta tapi tak bisa.  berkali-kali ku telah berjanji, menyerah.

Will You Love The Next Morning ?

Yes, I Will. cause when you wake up the next morning, I want to be the air you breathe. cause the distane won't let me to see you the next day. Yes, I Will. cause when you wake up the next morning, I want to be the daylight on your heavenword. cause my brittle can't resist againt the distance in time.  Yes, I Will. cause when you're up all night 'till tomorrow, I want to say everything to you. cause I'm out of patience to your sense, your initiative, your everything.  Yes, I Will. cause when you got too happy the next day, I'd like you to remember on the disappointment that I heal with simple. ... that your wracked instantly. ... that you let it rooted flighty. ... that you let it covered carelessly. Yes, I Will. cause when you feel that I;m not on your sight the next morning, I just want to say that there is something that let us to be as one, hinted us to get the more hype in our relationship, until tomorrow, until countless of t

Sampaikan Pada Cinta, Aku Baik-Baik Saja.

jangan meremehkan cara pejuang terluka yang sedang memulihkan diri sesekali beristirahat. mencintaimu itu sulit. sangat sulit. hal paling menguras keberanian yang pernah kulakukan didalam hidup, dan itu menjelaskan banyak hal. tetapi bagaimanapun, aku ‘telah-akan’ tetap melakukannya, mencintaimu. aku tau maksud tidak masuk akal itu. aku memang remuk sepenuhnya dikakimu, hanya karena kau duduk sangat tenang, bukan ? atau akan ku buat masuk akal, menjauhkanmu dari hati sebisa-bisanya. mencoba beberapa hal agar kuat. menonton pertunjukan wayang atau parade budaya selama mungkin, mengikuti arus air didalam goa berjam-jam, melahap buku semauku, membunuh waktu dengan sahabat-sahabat gilaku, tapi tetap saja, semuanya berakhir didalam selimut yang membungkus seluruh bagian tubuhku dan terisak-isak. hanya terisak dan terisak karena semua alasan yang dengan kejam menghantamku seperti ditinju bertubi-tubi. hahaha “iya, aku tidak akan sebercanda ini untukmu. aku baik-baik saja”.

Longgar-pun Belum Cukup Benar

"kau terlihat terlalu menyiksa dirimu sendiri." katanya kepadaku saat kita sedang duduk di cafe ini lagi. dengan bertambah dinginnya musim hujan yang hampir membuat kita tidak mungkin tetap berada diluar. aku menggosok-gosok lengan. "kau salah, aku merasa lebih berdaya karena mempertahankannya." dia terlihat khawatir dan mengamatiku "aku ragu." "aku sedang berusaha. aku memang agak kusut. ini seolah aku tidak bisa berdiri diatas kakiku sendiri." "tidak bisakah kau bersikap longgar kepada dirimu sendiri ?" "itulah yang ku lakukan saat ini, bersikap longgar kepada diri sendiri." "oh begitu yang kau sebut longgar ? dan laki-laki itu sebagai krukmu ?" "kenapa ? menurutmu itu akan membuatku patah ? bahwa sekarang aku adalah wanita yang melekat yang tidak bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri ?" dia memucat, beberapa saat ia berkata muram "yang kau maksud dengan p

The Last Love Letter (Tuan, Kau Lupa Tak Memberiku Cara Untuk Mengatasi Sebelum Kau Pergi)

aku berusaha menjaga suaraku agar tetap keras dan  tak nampak bergetar sehingga kau nyaris menduga aku tak begitu sedih. “katakan padaku sekali lagi dengan jelas. bahwa semua yang kita jalani ini sudah melebihi batas wajar, dan kau memilih untuk memberhentikannya disini karena kehilangan rasa sabar. katakan padaku sekali lagi dengan jelas. bahwa kau benar-benar lelah, dan tak ingin lagi melihatku berusaha berubah. “ mungkin kalimat darimu itu bisa ku jadikan ‘tameng’ untuk membiarkanmu pergi dengan ikhlas. aku lupa menghirup udara normal. semuanya terasa sesak. laki-laki ini baru saja mengatakan bahwa ia tak mendapat apa-apa dari hubungan ini. more than a lot, you give me nothin’. you’re free to go. aku hanya bisa menatapnya, dengan lengkungan bibir yang ingin mengarah kebawah tapi sekuat mungkin aku berusaha menahannya. we hurt each other then we do it again , begitulah adanya. sekarang laki-laki itu telah benar-benar pergi menjauh, kurasa takkan kembali. aku in