Langsung ke konten utama

Longgar-pun Belum Cukup Benar



"kau terlihat terlalu menyiksa dirimu sendiri." katanya kepadaku saat kita sedang duduk di cafe ini lagi. dengan bertambah dinginnya musim hujan yang hampir membuat kita tidak mungkin tetap berada diluar.

aku menggosok-gosok lengan. "kau salah, aku merasa lebih berdaya karena mempertahankannya."

dia terlihat khawatir dan mengamatiku "aku ragu."

"aku sedang berusaha. aku memang agak kusut. ini seolah aku tidak bisa berdiri diatas kakiku sendiri."

"tidak bisakah kau bersikap longgar kepada dirimu sendiri ?"

"itulah yang ku lakukan saat ini, bersikap longgar kepada diri sendiri."

"oh begitu yang kau sebut longgar ? dan laki-laki itu sebagai krukmu ?"

"kenapa ? menurutmu itu akan membuatku patah ? bahwa sekarang aku adalah wanita yang melekat yang tidak bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri ?"

dia memucat, beberapa saat ia berkata muram "yang kau maksud dengan patah, arti sebenarnya atau kiasan ?"

demi Tuhan. aku berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri. "kau tau, aku baik-baik saja. sampai-sampai aku berpikir untuk kembali kesana. dan kemudian..." aku mengulang gerakan meremas dengan kepalan, menggigit ujung-ujung kuku dijariku, menggambarkan bahwa jiwaku sedang remuk seperti kaleng kosong. 

"coba pertimbangkan ini, daripada memaksakan sesuatu yang ideal, tapi membuat dirimu terbunuh, kenapa kau tidak mencari sesuatu yang bisa dilakukan dan membuatnya terlaksana ?"

dua pasang mata kita saling kunci. 'sebuah pertemuan' seperti yang kau bayangkan bisa memerlukan waktu 7 bulan untuk benar-benar dilaksanakan.. itu pun belum cukup benar. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kabar-Kabar Lagi Nanti !

Apa kabar berkali-kali kau bilang "goblok" separuh bagianku ini ? Tapi aku ganti baru sekali saja, kau bilang sakitnya setengah mati ! 🤣 Lalu pernah tidak kau tanyakan bagaimana kabar ku begini ? Biar tidak hanya melalu kamu yang tidak boleh tersakiti. Oke, aku nanti kabar-kabar berikutnya.. Pokoknya kamu harus bahagia ! Kamu harus menang seenaknya. Ya !

Aku Menyayangkan, Sayangnya...

sayangnya, aku bukan tipikal wanita yang berjuang lebih keras dari umumnya hanya untuk laki-laki sepertimu. sayangnya, aku lebih memilih tidak lagi peduli daripada harus memaafkanmu berulang untuk kesalahan yang selalu sama.  sayangnya, aku lebih membutuhkan laki-laki yang penuh pengertian lebih ketimbang laki-laki yang penuh tuntutan. sayangnya, aku lebih menghargai laki-laki yang mau diajak susah ketimbang laki-laki yang maunya enak saja. sayangnya, aku bukan wanita yang membiarkan laki-lakiku mengencani wanita lain. sayangnya, aku wanita yang tidak bisa tinggal diam ketika aku dikecewakan, bahkan aku bisa membalasnya jauh lebih menyakitkan. sayangnya, aku wanita yang lebih memilih untuk mengakhiri daripada menjalani hanya dengan kesakitan. sayangnya, aku wanita yang susah memberi kalau kepercayaan sudah disia-siakan. sayangnya, aku lebih mendengarkan kata hatiku untuk meninggalkan, daripada kata-kata tanpa usahamu agar aku tetap tinggal. sayangnya, aku adalah aku, aku bukan aku yang...

P.A.I Pertama di Semester 6

17 Februari 2014. kuliah perdana di semester 6. kali pertama dapatkan mata kuliah pendidikan agama islam. semoga menjadi semster yang berkah (syukur-syukur tidak ada mata kuliah yang tertinggal lagi seperti di semester-semester lalu yang tidak pernah 'tidak' meninggalkan satu - dua matakuliah disetiap tanggal KRS-annya). dosen baru : Bpk. Haris. (yaa, sudah ku duga dalam kelas ini aku akan bertemu dengan dosen baru. karena sejauh ini wajah-wajah dosen lama rasanya tidak ada yang pas kalau ngajar agama. wajahnya terlalu berkesenian, bukan berkeagamaan - tapi bukan berarti mereka tidak beragama loh yaa) whahaha bilangnya, Bapak haris ini pernah mendapatkan beasiswa kuliah di Sudan, dan di Al-Azhar. dan bilangnya, beliau sangat senang mengajar P.A.I (Pendidikan Agama Islam) "selain mendapat gaji dari instansi, saya juga mendapatkan pahala dari Allah." begitu sih paparnya. pertemuan pertama ini membahas tentang 'Ketuhanan'. Roh Islam ( Tauhid yang berarti keyakina...