Tiga tahun berlalu dengan pengharapan, tidak mudah. menyakitiku... tapi disisi lain kau adalah semangatku. sejauh ini aku selalu mengartikanmu sebagai kekuatanku... untuk tetap menuliskanmu... hujan...
Demi rahasia kita berdua yang tak putus-putusnya berhenti menghantui kehidupanku. itu sebabnya aku tidak pernah berhenti mendoakanmu dan diriku sendiri, untuk tidak berlebih menyumpahimu yang kucintai dengan hal-hal yang buruk atas kekecewaan ini.
Disaat-saat tertentu kamu setega ini ? jujur saja, setelah itu aku selalu berdoa agar hujan berkenan mempertemukan kita lagi... lagi... lagi !!!
... dia yang beberapa bulan ini bersamaku berhak tahu tentangmu. berhak tahu tentang perasaanku, perasaanku yang belum rapi, tapi sudah berani mengambil hati.
Lalu apa kau tahu bagaimana caraku berperang, merapikan perasaanku, akalku yang terus berusaha menolak bayangmu ? tetapi ruang khusus dihatiku selalu saja mengundangmu setiap waktu. aku rindu...
Bahkan dalam peluk badannya yang kokoh pun aku tak bisa merasakan apapun, dingin... tak sehangat pelukanmu.
Bahkan dalam mata yang terjaga mendapatinya tertidur lelah disampingku pun aku tak tergerak untuk menyentuhnya.
Bahkan nafasku dengannya terasa sudah tak berjarak pun aku tetap merasa ada skat disana... yang tidak akan pernah bisa aku tembus.
Mungkin, situasi yang menentukan makna "aku sudah bahagia" adalah kehadiran orang lain, kehadirannya. hah ? itu palsu. Hubunganku dengannya tidak bisa berlangsung lama.
Sudah tiba di penghujung November tahun ke-3, langit berkali-kali mendung tapi hujan masih malu untuk berkunjung. aku tidak pernah mengerti, apakah kau malu atau muak ? sama seperti hujanmu...
Hari ini hujan turun, meski sebentar tapi membuatku bebas dan tenang...
Hari ini hujan turun, satu-satunya hal yang kupunya dan kubuka ketika hujan turun adalah kenanganmu.. kamu, bukan kenangannya.. dia.
Hari ini hujan turun, cukup deras seperti hujan kesukaan kita yang pernah bersama sebagai sepasang kekasih.
Aku selalu menitipkan banyak harapan yang sama setiap kali hujan turun. "agar hujan berkenan mempertemukan kita lagi...". tapi semu... yaa aku mengerti kau tidak pernah ingin kembali, karena aku tidak pernah menjadi tempat kau pulang.
Demi rahasia kita berdua yang tak putus-putusnya berhenti menghantui kehidupanku. itu sebabnya aku tidak pernah berhenti mendoakanmu dan diriku sendiri, untuk tidak berlebih menyumpahimu yang kucintai dengan hal-hal yang buruk atas kekecewaan ini.
Disaat-saat tertentu kamu setega ini ? jujur saja, setelah itu aku selalu berdoa agar hujan berkenan mempertemukan kita lagi... lagi... lagi !!!
... dia yang beberapa bulan ini bersamaku berhak tahu tentangmu. berhak tahu tentang perasaanku, perasaanku yang belum rapi, tapi sudah berani mengambil hati.
Lalu apa kau tahu bagaimana caraku berperang, merapikan perasaanku, akalku yang terus berusaha menolak bayangmu ? tetapi ruang khusus dihatiku selalu saja mengundangmu setiap waktu. aku rindu...
Bahkan dalam peluk badannya yang kokoh pun aku tak bisa merasakan apapun, dingin... tak sehangat pelukanmu.
Bahkan dalam mata yang terjaga mendapatinya tertidur lelah disampingku pun aku tak tergerak untuk menyentuhnya.
Bahkan nafasku dengannya terasa sudah tak berjarak pun aku tetap merasa ada skat disana... yang tidak akan pernah bisa aku tembus.
Mungkin, situasi yang menentukan makna "aku sudah bahagia" adalah kehadiran orang lain, kehadirannya. hah ? itu palsu. Hubunganku dengannya tidak bisa berlangsung lama.
Sudah tiba di penghujung November tahun ke-3, langit berkali-kali mendung tapi hujan masih malu untuk berkunjung. aku tidak pernah mengerti, apakah kau malu atau muak ? sama seperti hujanmu...
Hari ini hujan turun, meski sebentar tapi membuatku bebas dan tenang...
Hari ini hujan turun, satu-satunya hal yang kupunya dan kubuka ketika hujan turun adalah kenanganmu.. kamu, bukan kenangannya.. dia.
Hari ini hujan turun, cukup deras seperti hujan kesukaan kita yang pernah bersama sebagai sepasang kekasih.
Aku selalu menitipkan banyak harapan yang sama setiap kali hujan turun. "agar hujan berkenan mempertemukan kita lagi...". tapi semu... yaa aku mengerti kau tidak pernah ingin kembali, karena aku tidak pernah menjadi tempat kau pulang.
Komentar
Posting Komentar