Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Diam Keramat, Terus Disana

kau tahu aku semakin jauh tenggelam membiarkan pikiran terus melamunkanmu yang istimewa... membiarkan hati merasa geli saat berjumpa... lalu tiba-tiba merasa bisu tuli dan beku dibuatnya... matahari sembul dihadapanku kuning, merah juga jingga ... terus disana, sesekali aku menoleh melihat lengkungan bibir di wajahmu lalu ku ubah setiap kata menjadi lagu ... terus disana, aku bayangkan memelukmu dalam lamunan ... terus disana, menyukai cara pakaianmu yang selalu sepadan tak satupun dari kami bicara kami sama-sama saling menatap ke dalam mata satu sama lain.

Atas Kamu yang Berlebihan

kepadamu, ini tidak pernah malu ku lakukan. membuat diri terlihat bodoh dihadapan semua orang. ingatlah aku perempuan, An. mungkin lengan Tuhan terkadang kesemutan saat dia menopang permintaanku atasmu yang berlebihan, lalu kisah ini pun menjadi tidak seindah yang selalu ku inginkan. 

Bulan, berdarah.

sekarang bulan yang berdarah benar-benar sedang berada dilangit. kamu tahu, akan lebih indah disini ketika malam hari ini kamu duduk bersamaku... melihatmu dari sini saja benar-benar membuatku merasa bahwa keajaiban rasa yang diciptakan Tuhan itu ada. jadi, kamu sedang berada dimana malam hari ini ? kamu juga bisa melihatku disini, bukan ? bicaralah. aku benci saat terakhir melihatmu tidur pulas dan tidak lagi menjawab pertanyaan apapun yang keluar dari mulutku, jangan kamu ulangi lagi.  .... kamu sudah berkali-kali berjuang untuk hal-hal seberat itu, dan aku tidak pernah tahu sudah berapa lama kamu bertahan sebelumnya. kamu menutupinya begitu hebat.  rasa sakit yang luar biasa kembali lagi memukul-mukul dadaku malam ini. menyayangimu dalam jumlah yang aku sendiri tidak pernah melakukannya untuk orang lain, itu aneh.  "bulan, kamu sudah selesai denganku. aku ikhlas kalau kamu harus pergi. kamu sudah terlalu lama berjuang." ....

Batal Suka, An.

"jadi bener, kamu naksir dia ?"  "iya, sudah lama. kamu kenal ?" .... ((hening. keheningan yang mampu membuatku kehilangan rasa suka)) sejak memandangi wajahnya dikantin, aku seperti kerasukan energi berlebih. ingin berkenalan, menjalin suatu hubungan, atau berjalan-jalan berdua, keinginan yang selalu mendesakku sewaktu-waktu. energi itu akhirnya hanya berani ku bawa dalam blog pribadiku ini. menulis untuknya... selalu begitu, tanpa dia tahu.  sore dihalaman kampus, kita bertemu. sudah ku tahu dan ku catat benar-benar jam dan dimana aku bisa melihatnya. mengawasinya terus seperti ini dalam jarak yang jauh.  aku tersenyum sendiri. apa dia juga menyukaiku ? aku tidak terlalu jelek.  "nanti ku bantu cari. dia aktif diberbagai organisasi kampus" ... ternyata kau mengenalnya.  "ya, cuma sekedar tahu. dia tukang tidur waktu ku ospek dulu ?" "ospek ?" "ya, dia itu anak angkatan satu tahun dibawah kita". ...  mungkin ada yang aneh dik

Love Letter

time ticking... doors left without keys... an empty room without windows... to you, this is embrassing. feeling my heart drown into nothing the moment I took glimpse on you.  no, it wasn't a crush, it wasn't love at first sight, it's just enough to keep me awake at night.  this love really mess me up... you're killing me by making me love you like this !!! it strokes my soul, thrills every element. yes, An my sunshine. I have such an angry soul.    dedicated to : An, My Sunshine.

Selamat Ulang Tahun, Ayah.

Ayah, cinta pertamaku juga surgaku selain Ibu. selamat ulang tahun untukmu. semoga Tuhan selalu melindungi dan menjagamu. semoga kau selalu sehat dan bahagia, diberi umur panjang juga rejeki yang halal. teruslah menjadi cinta pertamaku, Ayah. teruslah membagi cerita dan menjadi penasihat untukku. teruslah menjadi alasan untuk pencapaian tertinggiku. Ayah, jangan menunda lagi membawa laptopku ke tukang service. kau selalu begitu, merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya. Ayah, jangan lagi berlagak acuh tidak perhatikanku ketika sakitku datang lagi dan lagi. aku tahu kau tidak tidur semalaman menjagaku. Ayah, jangan kau membuat racikan bumbu lebih enak dari Ibu. kasihan Ibu masakannya dirumah terlampau sering tak berhasil kulahapkan dalam mulutku. Ayah, kau tidak menyesal kan sampai sekarang aku belum bisa menyamai hasil gambaranmu ? aku tidak begitu cinta dunia menggambar, tapi ku usahakan bisa membuatmu bangga. Ayah, jangan marah dan sedih kalau aku pergi bermain bersama teman-temank

Imaji yang Ku Rangkai Sendiri Bersamamu, An.

sejujurnya aku tak pernah sebahagia ini memandangi seseorang, tak pernah sebetah ini. aku selalu ingin berteriak (senang melihatmu) tapi kau ada didepanku, aku ingin bilang (aku suka) tapi aku malu.  aku belum mengenalmu persis. ya, belum mengenalmu. tapi sesuatu apa yang mempertemukan kita hingga kira saling berpandangan ? aku berterimakasih teramat atasnya yang memunculkan perasaan dahsyat, entah harus ku namai apa. perasaan dahsyat itu mulai menabrak-nabrak dihati dan pikiranku setiap hari setelahnya.  segala yang ada pada dirimu, mengalir berhasil menikam hatiku, membuatnya jatuh padamu saat itu juga - tanpa jeda. kapan matahari membiarkan kita bersapa dan berbagi cerita dibawah sinarnya ? matahari tak pernah mengabulkannnya hingga sekarang.  ini... disini aku merancang ruang khusus dalam hati untuk pertemuan-pertemuan kecil bersamamu dalam imaji yang ku rangkai sendiri.  ah, aku gila kau yang membuatnya ! aku mulai berbicara sendiri seperti berbicara denganmu sebenarnya tidak. ah,

I'm so addicted to you !

jantungku seakan berhenti berdetak. aku ingin segera melepaskan diri, tetapi kecupan-kecupan ringannya menghilangkan akal sehat dalam sekejap. tiba-tiba rasa lapar menyala dalam diri seperti serbuan adrenalin yang menyakiti.  ciumannya selalu lembut - menuntut, mengobrak-abrik emosiku. belaian lembut tangannya membuatku lupa segalanya. aku terlena... mencengkram rambutnya, lalu membalas hebat ciumannya yang semakin menuntut. ... perlahan nafas mereda, menatapku dalam. tatapan yang selalu membuatku leleh dan merona. begitu menggairahkan...

Kemana Aku Harus Mengikutimu, Khayalan ?

kemarilah, mari kita bersantai menikmati malam, karena hujan telah berakhir. pergilah bersamaku hingga pagi, dan kita akan menemukan matahari. mendekatlah padaku, jangan biarkan dingin memisahkan tubuh kita. tanganku. genggamlah dalam tangan kokohmu. tubuhku. peluklah dalam lengan kuatmu. bibirku. ciumlah dalam ciuman yang tenang, panjang, dan terdalam darimu. apakah  ini  pikiran-pikiran yang tak terkondisi ? merenungi apa yang tak begitu ku pahami ? menerka-nerka apa yang tak pernah ku lihat ? mengharapkan kau yang belum ku kenal – belum ke ketahui siapa namamu ? ah, aku hanya sedang bermimpi dalam kegelapan malam, bermain dengan perasaan yang selalu diabaikan olehmu, juga tak pernah dimengerti oleh hatimu. kemana aku harus mengikutimu ?

Mengirisku Tega

nikmat memang, mengikuti pemikiran yang tak tentu arahnya dan tak benar-benar tahu apa yang diinginkan apalagi untuk sebuah jawaban. yaa, yang ku maksud adalah nikmat sakitnya.  ... ku baringkan tubuhku dalam lantai tak beralas diruang tengah, melepas lelah dan berusaha menahan kantuk. sesekali ku lirik jam dipergelangan tanganku, sore juga tak terlalu sore tapi semakin gusar aku dibuatnya. berusaha aku melupakan pesan-pesan yang sampai pada ponselku siang tadi. aku menangis dibuatnya. lebih dan semakin lebih rasa kecewa yang ku nikmati sore ini. tapi apa yang membuat otakku, pikiranku, segala yang ada padaku tetap mengindahkanmu ? kebodohan apa yang ku derita.  apa lagi yang ku cari ? selamanya juga tak akan pernah mendapati kita disini lagi.  aku hanya ingin berlari ! dari semua mimpi kita yang tak akan terwujud, tapi kau selalu mengikuti hingga membuatku memaksakan diri untuk berhenti.  jangan pernah tanya kenapa ini ku lakukan ! kau-lah penyebabnya.  Tuhan, aku kecewa atas takdir y