Dia melukai dirinya sendiri. Tak terpalak, ketika bukti-bukti yang membenarkan dia "mencurangi" memang benar begitu adanya. Percuma, darah yang tercucur begitu banyak itu tak mampu membayar "kecurangannya". Dan nyeri-nyeri pada tulang yang kau buat sendiri tadi, jadi tak terasa, meski dokter harus menjahitnya dan tak mmberi bius apa-apa. Bius dalam dirimu jauh lebih bekerja, yaitu hati yang tak bisa kau jaga - dari tumpukan pedih yang sudah sudah.
Mari kita bicakan dari awal tentang hari ini tadi.
....
Bahkan sebelum tadi itu, kami masih makan nasi goreng yang biasanya bagi kami "sangat enak.", tapi entah, hari ini, sore tadi... nasi gorengku terasa hambar, entah dilidahnya... bisa saja sama, meski seperti kebiasaan kami meminta untuk menambahkan garam lebih. bukan, bukan kebiasaan kami. itu kebiasaanku yang suka menambahkan garam lebih pada makanan, yang akhirnya membuat dia terbiasa memesan makanan yang ditambahkan garam juga. kita memang tidak pernah cocok, dalam segala, jangankan perihal selera masakan.
Ternyata, tak ada sisa nasi dipiring kami. bukan berarti masih enak. sudah ku bilang, lidahku rasanya hambar. anggap saja aku hanya lapar. atau ya... kami hanya lapar, dan sayang kalau membayar makanan yang tidak termakan.
Sembari menyiapkan amunisi untuk ditembakkan. sengaja kukirimkan via email gambar-gambar itu, agar tetap terfile dengan baik. hehehe. mungkin dia sudah merasa, terlihat dari wajahnya yang terus-terusan ku tatap lekat dari tadi. rasanya kipas angin warung nasi goreng ini menyala tepat dibelakang dia, tapi keringatnya tetap muncul, gugup. dasar keringat aneh !
Dibukanya email yang masuk dariku. ada beberapa file gambar, yang bisa dicocokkan seperti mainan puzzle anak TK untuk mendapatkan gambar yang sempurna. gotchaaaaa, you got this shit babe !!!! tepis sana.. tepis sini.. "ya, aku memang !". tiba-tiba saja keringat anehnya berpindah ke tubuhku. bukan disekitar dahi seperti dia, tapi dipelipis mataku. dasar keringat aneh !
Gerimis, tapi kami tetap memilih pergi dari warung nasi goreng itu. karena kami masih tahu malu kalau harus ramai dan menangis disitu. hehe hanya aku saja yang menangis kok. gerimis-gerimis.. romantis, ternyata sekarang bagiku itu bullshit. bagaimana tidak, mataku juga sedang gerimis, bahkan motor baru jalan barang sebentar sudah berubah menjadi hujan. sungguh hatiku sedang berantakan.
Kadang aku suka ekstrim saat-saat seperti ini, aku lupa ini kali keberapa kalau aku jadi cidera lagi karena lompat dari boncengan motor ini. kali ini terbalik, atau kita ini impas. aku yang biasa membuat nyeri-nyeri pada tulang kaki yang kubuat sendiri, sekarang dia membuat nyeri-nyeri pada tulang tangannya yang dia buat sendiri.
Ingat gerimis yang tadi ? sekarang airnya menjadi merah - karena "luka" yang kami buat, dan jaket cokelat muda milik adikku yang ku pakai pun, sekarang menjadi cokelat tua.
....
Kami memikirkan banyak alasan setengah sadar, pasti perawat dan dokter akan bertanya kronologisnya. kami sepakat menjawab seperti alasan-alasan sebelumnya tetapi berbeda luka, jatuh sendiri ! kemudian, kami berpisah ruangan.
....
Dia bilang tak mau dengan obat-obat ini. aku bilang, ini untuk menahan nyeri. dia geram, aku sudah gak nyeri. tapi tetap ku bantu siapkan obat dan air putihnya. sekarang... salah menjadi berpihak padaku. kalau kalian membaca dan masih mengingat, lupakan saja perihal masalah yang tadi di warung nasi goreng. itu pasti akan tiba-tiba menghilang, disulap... berganti aku yang salah atas kejadian ini. mulai sekarang !
Mari kita bicakan dari awal tentang hari ini tadi.
....
Bahkan sebelum tadi itu, kami masih makan nasi goreng yang biasanya bagi kami "sangat enak.", tapi entah, hari ini, sore tadi... nasi gorengku terasa hambar, entah dilidahnya... bisa saja sama, meski seperti kebiasaan kami meminta untuk menambahkan garam lebih. bukan, bukan kebiasaan kami. itu kebiasaanku yang suka menambahkan garam lebih pada makanan, yang akhirnya membuat dia terbiasa memesan makanan yang ditambahkan garam juga. kita memang tidak pernah cocok, dalam segala, jangankan perihal selera masakan.
Ternyata, tak ada sisa nasi dipiring kami. bukan berarti masih enak. sudah ku bilang, lidahku rasanya hambar. anggap saja aku hanya lapar. atau ya... kami hanya lapar, dan sayang kalau membayar makanan yang tidak termakan.
Sembari menyiapkan amunisi untuk ditembakkan. sengaja kukirimkan via email gambar-gambar itu, agar tetap terfile dengan baik. hehehe. mungkin dia sudah merasa, terlihat dari wajahnya yang terus-terusan ku tatap lekat dari tadi. rasanya kipas angin warung nasi goreng ini menyala tepat dibelakang dia, tapi keringatnya tetap muncul, gugup. dasar keringat aneh !
Dibukanya email yang masuk dariku. ada beberapa file gambar, yang bisa dicocokkan seperti mainan puzzle anak TK untuk mendapatkan gambar yang sempurna. gotchaaaaa, you got this shit babe !!!! tepis sana.. tepis sini.. "ya, aku memang !". tiba-tiba saja keringat anehnya berpindah ke tubuhku. bukan disekitar dahi seperti dia, tapi dipelipis mataku. dasar keringat aneh !
Gerimis, tapi kami tetap memilih pergi dari warung nasi goreng itu. karena kami masih tahu malu kalau harus ramai dan menangis disitu. hehe hanya aku saja yang menangis kok. gerimis-gerimis.. romantis, ternyata sekarang bagiku itu bullshit. bagaimana tidak, mataku juga sedang gerimis, bahkan motor baru jalan barang sebentar sudah berubah menjadi hujan. sungguh hatiku sedang berantakan.
Kadang aku suka ekstrim saat-saat seperti ini, aku lupa ini kali keberapa kalau aku jadi cidera lagi karena lompat dari boncengan motor ini. kali ini terbalik, atau kita ini impas. aku yang biasa membuat nyeri-nyeri pada tulang kaki yang kubuat sendiri, sekarang dia membuat nyeri-nyeri pada tulang tangannya yang dia buat sendiri.
Ingat gerimis yang tadi ? sekarang airnya menjadi merah - karena "luka" yang kami buat, dan jaket cokelat muda milik adikku yang ku pakai pun, sekarang menjadi cokelat tua.
....
Kami memikirkan banyak alasan setengah sadar, pasti perawat dan dokter akan bertanya kronologisnya. kami sepakat menjawab seperti alasan-alasan sebelumnya tetapi berbeda luka, jatuh sendiri ! kemudian, kami berpisah ruangan.
....
Dia bilang tak mau dengan obat-obat ini. aku bilang, ini untuk menahan nyeri. dia geram, aku sudah gak nyeri. tapi tetap ku bantu siapkan obat dan air putihnya. sekarang... salah menjadi berpihak padaku. kalau kalian membaca dan masih mengingat, lupakan saja perihal masalah yang tadi di warung nasi goreng. itu pasti akan tiba-tiba menghilang, disulap... berganti aku yang salah atas kejadian ini. mulai sekarang !
Komentar
Posting Komentar