Mengenai menulis, usia tidak akan menjadi penghalang seseorang untuk memulai menjadi penulis. Saya rasa, menjadi penulis merupakan peluang yang sangat baik karena sejalan dengan kematangan usia, pengalaman pun sudah terbilang banyak dan dapat dituangkan dalam sebuah tulisan. Tidak aka nada kata terlambat untuk sesuatu hal yang positif, meski sudah memasuki usia yang produktif, saya masih bisa berunjuk gigi dengan tulisan-tulisan saya.
Dukungan dari diri sendiri , adalah hal terpenting. Hal yang tidak bisa dipaksakan ataupun dilakukan oleh orang lain karena segala sesuatu untuk menentukannya adalah diri kita sendiri.
Minat, hal utama yang perlu ditumbuhkan dalam diri sendiri. Huh, seperti cerita saya pada postingan sebelumnya, saya tercatat sebagai mahasiswa desain komunikasi visual, bukan mahasiswa ilmu komunikasi, jurnalistik, atau sastra yang mungkin sedikitnya mempelajari tentang penulisan. Mencita-citakan profesi sebagai penulis saya rasa tidak ada salah. Penulis merupakan alternatife pekerjaan yang cukup menjanjikan, termasuk dari sisi financial loh, sehingga minat saya untuk menjadi penulis bisa dibangkitkan. Hhihiii saya semakin terpacu untuk menumbuh-kembangkan minat saya untuk menulis.
Bakat, untuk menjadi seorang penulis professional, secara idealnya memang dibutuhkan bakat dalam tulis-menulis. Bakat bisa karena punya garis keturunan dari seorang penulis, atau dapat berupa bakat dari alam. Jika sudah memiliki bakat, gampang saja, kita tinggal mempelajari teori penulisan. Lalu bagaimana dengan kita yang tidak memiliki bakat ( termasuk saya ) ? jangan putus asa, sebenarnya mengarang itu gampang. Mengarang itu sebenarnya bisa dipelajari oleh siapa saja, meskipun hasil dan kualitas pasti akan berbeda-beda dari masing-masing orang ( sesuai talenta ). Tulisan saya tentunya tidak akan lepas dari pengalaman masa lalu. Meski yang saya tulis adalah kisah pribadi atau sekedar korespodensi. Seingat saya, sejak kelas 5 SD saya sering menulis cerita hari ini dalam buku harian / diary, itu terus saya lakukan hingga saat ini. Entahlah, saya sama sekali tidak mewarisi bakat turunan dari orang tua saya. Bisa dibilang pekerjaan ayah saya adalah pekerjaan desain, ini nih ‘jeluntrungannya’ saya kekeh dimasukin ke dunia desain grafis. Padahal saya tidak begitu cinta dengan dunia seperti itu. Sedangkan ibu saya, yaa dia semacam menguasai bidang kesekretariatan. Lah saya ? saya tetep kekeh ingin menjadi seorang penulis.
Motivasi, untuk mewujudkan impian saya menjadi penulis, saya perlu mempunyai motivasi yang kuat, dalam artian, apa tujuan saya menjadi penulis ? masing-masing orang tentu akan memiliki motivasi yang berbeda-beda, namun dengan bekal motivasi yang kuat, kita pasti akan berjuang lebih keras dan pantang menyerah. Motivasi sangat beragam, mungkin sekedar ingin mencari kesibukan diluar jam kuliah, atau mungkin untuk mengejar finansialnya. Kalau saya motivasi kebutuhan eksistensi diri hhihii lebih disebabkan perasaan kurang dilihat dan kurang dihargai. Jadi saya menyampaikannya melalui tulisan. Dan juga untuk saya menulis bisa sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan sampingan, karena sementara ini saya masih duduk dibangku kuliah semester 4. Jadi motivasi bisa sangat beragam sekali, selagi itu dapat memacu semangat kerja menuju hasil yang positif dan kreatif, why not ? mulailah menanam motivasi sebanyak mungkin, agar daya juang kita juga semakin maksimal untuk mencapai apa yang kita cita-citakan.
Disiplin, sebagai penulis kita juga perlu menanamkan sikap disiplin terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Terlebih lagi untuk saya yang masih kuliah. Dalam artian saya harus pandai-pandai mengatur waktu kuliah dan kecintaan saya terhadap menulis. Terkadang saat menulis saya tidak ingin dibatasi waktu, saya bisa menghadap laptop sampai larut malam bahkan sampai pagi. Begitu juga dengan urusan kuliah saya, untuk menyelesaikan tugas kuliah bisa sampai larut malam, bahkan sampai pagi, saya tidak sempat tidur dan harus datang kekampus lagi. Selain waktu kerja, disiplin juga harus saya tanamkan adalah dalam hal deadline ! deadline tugas kuliah maupun deadline pekerjaan.
Kecerdasan, penulis perlu bekal kemampuan berpikir yang baik dan kecerdasan yang prima. Kecerdasan disini dimaksudkan untuk dapat mengolah cerita dengan baik, merangkai kisah dan konflik secara apik dan menarik. “Genius is 1% and 99% perspiration” itulah pendapat Thomas Alva Edision.
Pengetahuan, sebagai penulis pengetahuan luas juga sangat dibutuhkan, agar dapat menuliskan cerita yang bervariasi, tidak melulu menulis tentang apa-apa yang ada pada diri saya. Saya juga perlu memahami segala macam bacaan, baik itu fiksi maupun non fiksi. Selain itu, saya juga melahap berita-berita dikoran, televise, radio, dan juga segala sesuatu yang ada diinternet, guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Pengalaman, pernah mendengar pepatah seperti ini “Time is the father of truth, and the experience is the mother of all things” John Florio – penulis Inggris. Sebagai seorang penulis tentunya diharuskan membekali diri dengan pengalaman sebanyak mungkin. Dengan kata lain, jangan segan-segan mencoba sesuatu yang baru, aneh, ‘gila’. Tentunya dalam garis positif, bukan yang bersifat negatife. Misalnya saja emm, soal makanan deh. Berhubung saya doyan makan juga hhii. Meskipun lidah saya tidak selera terhadap makanan-makanan luar negeri, tidak ada salahnya saya mencoba mencicipi sushi, selain saya menjadi tau rasa makanan khas jepang itu, saya bisa berimajinasi tentang bagaimana rasa masam yang lembut dari campuran cuka, garam, dan gula. Bagaimana sulitnya cara memakan sushi dengan sumpit. Banyak pengalaman perlu saya rasakan, dengan alasan saat dibutuhkan untuk sebuah cerita, saya depat menuliskan dengan benar tanpa rasa canggung.
Pergaulan, saya paling suka kalau sudah berbicara tentang pergaulan, tidak akan ada habisnya. Hhiihi pergaulan dengan segala kalangan, mulai dari yang muda sampai tua, kaya miskin, genius sampai yang idiot, baik jahat, dari berbagai kalangan tanpa membedakan ras, agama, warna kulit, dan sebagainya. Pergaulan yang luas terbukti sangat membantu saya. Saya jadi banyak mengerti macam karakter orang, mengerti bagaimana agama-agama orang lain, dan banyak lainnya. Saya mewajibkan diri untuk bergaul dengan semua orang, tetapi untuk pergaulan yang menjurus kearah negative saya akan membatasi diri untuk mengetahuinya saja, tidak harus terlibat didalamnya “boleh bergaul, tetapi jangan sampai terjerumus”. Pernah saya penasaran sekali dengan club malam. Kebanyakan orang akan menilai tempat seperti itu adalah tempat yang berbau negative. Saya masuk dengan tujuan saya mendapatkan hal baru untuk ditulis, mengenai wanita malam yang pekerjaannya memang menjual diri disana, atau sekedar orang-orang yang menghilangkan penat setelah seharian mereka bekerja, atau sekedar anak-anak seumuran saya yang sukanya hura-hura menghabiskan uangnya untuk minum disana.
Komunikasi, saya harus pandai-pandai berkomunikasi dengan semua kalangan untuk mendapatkan informasi yang berharga. Dimanapun saya berada, dengan siapa saya bertemu, pantas saya sapa, tidak ada salahnya saya membangun komunikasi dengan orang lain. Berbicara tentang komunikasi akan panjang dan lebar. Hhiii selebihnya mungkin saya akan bertanya-tanya dahulu dengan orang ‘ilmu komunikasi’.
Dukungan dari diri sendiri , adalah hal terpenting. Hal yang tidak bisa dipaksakan ataupun dilakukan oleh orang lain karena segala sesuatu untuk menentukannya adalah diri kita sendiri.
Minat, hal utama yang perlu ditumbuhkan dalam diri sendiri. Huh, seperti cerita saya pada postingan sebelumnya, saya tercatat sebagai mahasiswa desain komunikasi visual, bukan mahasiswa ilmu komunikasi, jurnalistik, atau sastra yang mungkin sedikitnya mempelajari tentang penulisan. Mencita-citakan profesi sebagai penulis saya rasa tidak ada salah. Penulis merupakan alternatife pekerjaan yang cukup menjanjikan, termasuk dari sisi financial loh, sehingga minat saya untuk menjadi penulis bisa dibangkitkan. Hhihiii saya semakin terpacu untuk menumbuh-kembangkan minat saya untuk menulis.
Bakat, untuk menjadi seorang penulis professional, secara idealnya memang dibutuhkan bakat dalam tulis-menulis. Bakat bisa karena punya garis keturunan dari seorang penulis, atau dapat berupa bakat dari alam. Jika sudah memiliki bakat, gampang saja, kita tinggal mempelajari teori penulisan. Lalu bagaimana dengan kita yang tidak memiliki bakat ( termasuk saya ) ? jangan putus asa, sebenarnya mengarang itu gampang. Mengarang itu sebenarnya bisa dipelajari oleh siapa saja, meskipun hasil dan kualitas pasti akan berbeda-beda dari masing-masing orang ( sesuai talenta ). Tulisan saya tentunya tidak akan lepas dari pengalaman masa lalu. Meski yang saya tulis adalah kisah pribadi atau sekedar korespodensi. Seingat saya, sejak kelas 5 SD saya sering menulis cerita hari ini dalam buku harian / diary, itu terus saya lakukan hingga saat ini. Entahlah, saya sama sekali tidak mewarisi bakat turunan dari orang tua saya. Bisa dibilang pekerjaan ayah saya adalah pekerjaan desain, ini nih ‘jeluntrungannya’ saya kekeh dimasukin ke dunia desain grafis. Padahal saya tidak begitu cinta dengan dunia seperti itu. Sedangkan ibu saya, yaa dia semacam menguasai bidang kesekretariatan. Lah saya ? saya tetep kekeh ingin menjadi seorang penulis.
Motivasi, untuk mewujudkan impian saya menjadi penulis, saya perlu mempunyai motivasi yang kuat, dalam artian, apa tujuan saya menjadi penulis ? masing-masing orang tentu akan memiliki motivasi yang berbeda-beda, namun dengan bekal motivasi yang kuat, kita pasti akan berjuang lebih keras dan pantang menyerah. Motivasi sangat beragam, mungkin sekedar ingin mencari kesibukan diluar jam kuliah, atau mungkin untuk mengejar finansialnya. Kalau saya motivasi kebutuhan eksistensi diri hhihii lebih disebabkan perasaan kurang dilihat dan kurang dihargai. Jadi saya menyampaikannya melalui tulisan. Dan juga untuk saya menulis bisa sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan sampingan, karena sementara ini saya masih duduk dibangku kuliah semester 4. Jadi motivasi bisa sangat beragam sekali, selagi itu dapat memacu semangat kerja menuju hasil yang positif dan kreatif, why not ? mulailah menanam motivasi sebanyak mungkin, agar daya juang kita juga semakin maksimal untuk mencapai apa yang kita cita-citakan.
Disiplin, sebagai penulis kita juga perlu menanamkan sikap disiplin terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Terlebih lagi untuk saya yang masih kuliah. Dalam artian saya harus pandai-pandai mengatur waktu kuliah dan kecintaan saya terhadap menulis. Terkadang saat menulis saya tidak ingin dibatasi waktu, saya bisa menghadap laptop sampai larut malam bahkan sampai pagi. Begitu juga dengan urusan kuliah saya, untuk menyelesaikan tugas kuliah bisa sampai larut malam, bahkan sampai pagi, saya tidak sempat tidur dan harus datang kekampus lagi. Selain waktu kerja, disiplin juga harus saya tanamkan adalah dalam hal deadline ! deadline tugas kuliah maupun deadline pekerjaan.
Kecerdasan, penulis perlu bekal kemampuan berpikir yang baik dan kecerdasan yang prima. Kecerdasan disini dimaksudkan untuk dapat mengolah cerita dengan baik, merangkai kisah dan konflik secara apik dan menarik. “Genius is 1% and 99% perspiration” itulah pendapat Thomas Alva Edision.
Pengetahuan, sebagai penulis pengetahuan luas juga sangat dibutuhkan, agar dapat menuliskan cerita yang bervariasi, tidak melulu menulis tentang apa-apa yang ada pada diri saya. Saya juga perlu memahami segala macam bacaan, baik itu fiksi maupun non fiksi. Selain itu, saya juga melahap berita-berita dikoran, televise, radio, dan juga segala sesuatu yang ada diinternet, guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Pengalaman, pernah mendengar pepatah seperti ini “Time is the father of truth, and the experience is the mother of all things” John Florio – penulis Inggris. Sebagai seorang penulis tentunya diharuskan membekali diri dengan pengalaman sebanyak mungkin. Dengan kata lain, jangan segan-segan mencoba sesuatu yang baru, aneh, ‘gila’. Tentunya dalam garis positif, bukan yang bersifat negatife. Misalnya saja emm, soal makanan deh. Berhubung saya doyan makan juga hhii. Meskipun lidah saya tidak selera terhadap makanan-makanan luar negeri, tidak ada salahnya saya mencoba mencicipi sushi, selain saya menjadi tau rasa makanan khas jepang itu, saya bisa berimajinasi tentang bagaimana rasa masam yang lembut dari campuran cuka, garam, dan gula. Bagaimana sulitnya cara memakan sushi dengan sumpit. Banyak pengalaman perlu saya rasakan, dengan alasan saat dibutuhkan untuk sebuah cerita, saya depat menuliskan dengan benar tanpa rasa canggung.
Pergaulan, saya paling suka kalau sudah berbicara tentang pergaulan, tidak akan ada habisnya. Hhiihi pergaulan dengan segala kalangan, mulai dari yang muda sampai tua, kaya miskin, genius sampai yang idiot, baik jahat, dari berbagai kalangan tanpa membedakan ras, agama, warna kulit, dan sebagainya. Pergaulan yang luas terbukti sangat membantu saya. Saya jadi banyak mengerti macam karakter orang, mengerti bagaimana agama-agama orang lain, dan banyak lainnya. Saya mewajibkan diri untuk bergaul dengan semua orang, tetapi untuk pergaulan yang menjurus kearah negative saya akan membatasi diri untuk mengetahuinya saja, tidak harus terlibat didalamnya “boleh bergaul, tetapi jangan sampai terjerumus”. Pernah saya penasaran sekali dengan club malam. Kebanyakan orang akan menilai tempat seperti itu adalah tempat yang berbau negative. Saya masuk dengan tujuan saya mendapatkan hal baru untuk ditulis, mengenai wanita malam yang pekerjaannya memang menjual diri disana, atau sekedar orang-orang yang menghilangkan penat setelah seharian mereka bekerja, atau sekedar anak-anak seumuran saya yang sukanya hura-hura menghabiskan uangnya untuk minum disana.
Komunikasi, saya harus pandai-pandai berkomunikasi dengan semua kalangan untuk mendapatkan informasi yang berharga. Dimanapun saya berada, dengan siapa saya bertemu, pantas saya sapa, tidak ada salahnya saya membangun komunikasi dengan orang lain. Berbicara tentang komunikasi akan panjang dan lebar. Hhiii selebihnya mungkin saya akan bertanya-tanya dahulu dengan orang ‘ilmu komunikasi’.
Komentar
Posting Komentar