Kamu mengenalkan namamu begitu saja. Sesuatu hal yang mungkin adalah biasa aku temui. Namun namamu berbeda, meski namamu mungkin biasa aku dengar. Kalau semuanya biasa, kenapa aku begitu tertarik denganmu ? Awalnya memang biasa dan sederhana, selayaknya sebuah pertemanan. Kurasa semua sama saja, atau aku tidak sadar namamu memberi perasaan aneh ? entahlah.
Dibanding dengan teman lelakiku yang lain, aku menaruh harap besar pada namamu. Apakah kau sudah menganggap aku wanita special meskipun kita tidak memiliki status yang jelas ? haiiih senyumku membawa aku jauh lebih dalam untuk hal ini, hanya saja aku masih merasakan aneh. Sesekali aku bertanya pada kaca, tapi memang tidak pernah ada jawaban, yang jelas-jelas terlihat adalah muka kusamku sendiri.
Saat bertemu, kita tidak banyak bicara. Mungkin hanya sesekali saling mencuri pandang. Entahlah, karena kamu memang orang pendiam yang bisa dibilang sangat bertolak belakang dengan kepribadianku yang banyak omong, atau karena kita sama-sama malu. Oh, lebih tepatnya aku memakai topeng waktu itu, seketika aku harus ikut berdiam diri, membungkam mulut yang biasanya banyak mengeluarkan celotehan. Makanpun aku harus imit-imit, biasanya rakus bisa sampai 2-3 porsi. Hahaha
Perhatian yang mengalir darimu, pembicara yang sangat manis dikala itu, aku tidak mau menganggap itu sebagai hal yang perlu dimaknai dengan luar biasa. Mengingat ketidakjelasan hubungan kita. Setiap hari ada saja topik menarik yang kita bicarakan. Kita bercanda, kita tertawa, kita membicarakan hal-hal manis, terkadang darah mendidih ketika topik menarik berubah menjadi sesuatu yang berbeda antara pendapatku dan kamu. Tapi itu adalah asik, ketika kita saling bisa mengerti dan menerima perbedaan pendapat, meski sedikit ‘ah, freaky’ hhhaa perbedaan itu asik.
Pertumbuhan perasaan kita semakin pesat , nampaknya begitu. Bahkan tidak terkendalikan. Taraaaaa…. Kamu gak romantis. Sudah aku bilang aku mau pulang, masih aja ditahan untuk diam ditempat. Aku pikir ngapain lama-lama ditempat ini ? tengah malam, sepi. Boring, ada kamu tapi gak ada adu suara untuk ngobrol.
Seketika rasanya aku merasa seperti bidadari dibuang dari langit ke 7 dan dihadapkan dengan makhluk setengah patung begini. Aku benci sekali dengan tipikal orang pendiam, tapi gaya gak romantis menyampaikan perasaanmu cukup membuat aku ‘frozen’. ‘sudah aku bilang, aku minta pulang’ hahahaa mungkin waktu aku meminta itu, kamu sedang mengumpulan tenaga keberanian extra ya ? aduh.. aduh.. yang ini diskip aja deh…
Kamu sudah menjadi sebab tawa dan senyumku saat ini. Yang aku percayai, kamu tidak akan mungkin menjadi sebab sedih dan airmataku nanti. Aku harus percaya, kamulah kebahagian baru yang akan memberi sinar dan semangat paling terang. Ketika aku sudah mengatakan kamu adalah sebab akibat apa-apanya aku, lalu apa itu komitmen ?
Aku mengaku rumit untuk mengerti tentang apa itu komitmen. Pertanyaan seperti itu selalu terngiang menari-nari indah dalam sini, hati dan otakku. Seiring dengan kamu yang selalu mengingatkan aku tentang komitmen hubungan kita. Aku mencoba mencari jawaban karena aku ingin belajar berkomitmen.
Komitmen, bisa dibilang sebuah janji dan tanggung jawab besar agar hubungan tetap bisa berjalan. Semisal, aku harus menerima apa-apa kekurangan kamu. Sebaliknya juga harus seperti itu. Kekurangan kamu bukan segalanya dibandingkan dengan kehadiran kamu untuk hidupku. Apapun sikapku, intinya aku membutuhkan sosok yang menerima apa adanya aku. Komitmen juga bukan sekedar setia, tetapi juga mau mengalah demi keutuhan hubungan ini. Terakhir, kamu tidak perlu melakukan ini kalau kamu merasa tidak memerlukan hubungan yang serius, dalam artian kamu hanya bermain-mian denganku, hanya mengejar kesenangan atau apalah. Komitmen dalam sebuah hubungan yang aku minta, hanya diperuntukkan untuk orang yang percaya cinta yang tulus.
Dibanding dengan teman lelakiku yang lain, aku menaruh harap besar pada namamu. Apakah kau sudah menganggap aku wanita special meskipun kita tidak memiliki status yang jelas ? haiiih senyumku membawa aku jauh lebih dalam untuk hal ini, hanya saja aku masih merasakan aneh. Sesekali aku bertanya pada kaca, tapi memang tidak pernah ada jawaban, yang jelas-jelas terlihat adalah muka kusamku sendiri.
Saat bertemu, kita tidak banyak bicara. Mungkin hanya sesekali saling mencuri pandang. Entahlah, karena kamu memang orang pendiam yang bisa dibilang sangat bertolak belakang dengan kepribadianku yang banyak omong, atau karena kita sama-sama malu. Oh, lebih tepatnya aku memakai topeng waktu itu, seketika aku harus ikut berdiam diri, membungkam mulut yang biasanya banyak mengeluarkan celotehan. Makanpun aku harus imit-imit, biasanya rakus bisa sampai 2-3 porsi. Hahaha
Perhatian yang mengalir darimu, pembicara yang sangat manis dikala itu, aku tidak mau menganggap itu sebagai hal yang perlu dimaknai dengan luar biasa. Mengingat ketidakjelasan hubungan kita. Setiap hari ada saja topik menarik yang kita bicarakan. Kita bercanda, kita tertawa, kita membicarakan hal-hal manis, terkadang darah mendidih ketika topik menarik berubah menjadi sesuatu yang berbeda antara pendapatku dan kamu. Tapi itu adalah asik, ketika kita saling bisa mengerti dan menerima perbedaan pendapat, meski sedikit ‘ah, freaky’ hhhaa perbedaan itu asik.
Pertumbuhan perasaan kita semakin pesat , nampaknya begitu. Bahkan tidak terkendalikan. Taraaaaa…. Kamu gak romantis. Sudah aku bilang aku mau pulang, masih aja ditahan untuk diam ditempat. Aku pikir ngapain lama-lama ditempat ini ? tengah malam, sepi. Boring, ada kamu tapi gak ada adu suara untuk ngobrol.
Seketika rasanya aku merasa seperti bidadari dibuang dari langit ke 7 dan dihadapkan dengan makhluk setengah patung begini. Aku benci sekali dengan tipikal orang pendiam, tapi gaya gak romantis menyampaikan perasaanmu cukup membuat aku ‘frozen’. ‘sudah aku bilang, aku minta pulang’ hahahaa mungkin waktu aku meminta itu, kamu sedang mengumpulan tenaga keberanian extra ya ? aduh.. aduh.. yang ini diskip aja deh…
Kamu sudah menjadi sebab tawa dan senyumku saat ini. Yang aku percayai, kamu tidak akan mungkin menjadi sebab sedih dan airmataku nanti. Aku harus percaya, kamulah kebahagian baru yang akan memberi sinar dan semangat paling terang. Ketika aku sudah mengatakan kamu adalah sebab akibat apa-apanya aku, lalu apa itu komitmen ?
Aku mengaku rumit untuk mengerti tentang apa itu komitmen. Pertanyaan seperti itu selalu terngiang menari-nari indah dalam sini, hati dan otakku. Seiring dengan kamu yang selalu mengingatkan aku tentang komitmen hubungan kita. Aku mencoba mencari jawaban karena aku ingin belajar berkomitmen.
Komitmen, bisa dibilang sebuah janji dan tanggung jawab besar agar hubungan tetap bisa berjalan. Semisal, aku harus menerima apa-apa kekurangan kamu. Sebaliknya juga harus seperti itu. Kekurangan kamu bukan segalanya dibandingkan dengan kehadiran kamu untuk hidupku. Apapun sikapku, intinya aku membutuhkan sosok yang menerima apa adanya aku. Komitmen juga bukan sekedar setia, tetapi juga mau mengalah demi keutuhan hubungan ini. Terakhir, kamu tidak perlu melakukan ini kalau kamu merasa tidak memerlukan hubungan yang serius, dalam artian kamu hanya bermain-mian denganku, hanya mengejar kesenangan atau apalah. Komitmen dalam sebuah hubungan yang aku minta, hanya diperuntukkan untuk orang yang percaya cinta yang tulus.
Komentar
Posting Komentar