Langsung ke konten utama

Dareen, namamu bijaksana

Yah, cinta...

Cinta memang perasaan hati yang muncul pada siapapun, kapanpun, dimanapun.
Cinta adalah emosi yang kuat yang merasuki sukma insan dialam ini.
Cinta adalah bahasa universal yang setiap orang bisa dan berhak mengungkapkannya.

Hingga akhirnya, menemukan kata lain dari cinta... oh, menemukan cinta dengan pasangan yang berbeda keyakinan. saat cinta berbicara, segala pertimbangan dan logika serasa dipinggirkan, berbicara juga tentang tuhan, dengarkan ! sebelum cinta ini menjadi keganjalan dipertengahan jalan.

Bukan cinta pantas untuk diperjuangkan, sekalipun berbeda keyakinan ? kata mereka.

Sedikit banyak memang mereka menganggap bahwa cinta berbeda keyakinan diperbolehkan, dan tidak sedikit juga mereka yang menganggap bahwa cinta berbeda keyakinan tidak diperbolehkan, akan menjadi pernikahan yang tidak sah.

Sendirinya pun (saya) pernah mencintai dan mempertahankan sesorang sekuat tenaga, laki-laki yang berbeda keyakinan dengan saya. hubungan kami berjalan lumayan lama, tentu... tidak sedikit gunjingan yang kami terima.

Hari ini tepat 2 minggu hubungan kami berjalan. "Ayah sama Ibu pengen kenal kamu" kalimat singkat yang saya ucapkan sore itu ditaman. tidak banyak kata, Daren menarik tangan saya, beranjak dari tempat yang kami beristirahat. saya diam !

"Ayo !" satu kalimat singkat, seperti ajakan seorang teman, tapi membuat saya begitu bahagia mendengarnya. detik... menit... jam... dalam hati saya bertanya-tanya, "kamu tidak takut bertemu dengan orang tuaku Ren ?"

Akhirnya sampai didepan rumah saya. Daren bergegas turun, dan membukakan pintu mobilnya untuk saya. Laki-laki yang sangat menghormati wanitanya.

Kami masuk, dengan langkah derdegan. "Ren..." belum selesai saya berbisik, Daren semakin mempererat genggaman tangannya. saya tau, Daren mencoba membuat saya merasa tidak takut. saya tidak melanjutkan perkataan saya...

Kami masuk, Saya membiarkan Daren duduk diruang tamu beberapa menit. Saya mencoba berbicara dengan orang tua saya diruang tengah, dengan suara tidak terlalu tinggi, saya berbisik pada Ibu, "Bu, Daren non muslim, jangan ditanya aneh-aneh ya ! kita jalan sudah 2 minggu ini Bu !". Ibu saya hanya mengangguk, tersenyum. Saya tidak berani berbicara ini pada Ayah, ia sabar, tapi wataknya keras.

Saya, Ayah, dan Ibu beranjak keruang tamu menemui Daren, ketika Ayah dan Ibu keluar, segera Daren berdiri menghampiri, dan mencium tangan orang tua saya. Daren juga laki-laki yang sopan.

Selang 30 menit, perbincangan kami masih normal. kami sangat menikmati,  sesekali kita tertawa dengan lelucon Daren. Saya merasa malam ini lengkap, bahagianya. syukurlah baik Daren maupun orang tua saya tidak membicarakan sedikitpun perbedaan keyakinan antara saya dengan Daren dipertemuan pertama ini.

Sudah hampir pukul 21:30, Daren pamit pulang. Saya mengantarnya hingga gerbang depan. "Orang tuamu baik. aku balik dulu ya ! kamu istirahat gih !" ,kecupan yang tidak begitu tampan mendarat dikening saya. hehe "Hati-hati Ren, sampai rumah kabarin ya !"

Saya masuk kedalam, membereskan sisa makanan diruang tamu bersama Ibu, Ayah juga membantu. "Daren kristen dik ?" , saya tercengang ketika ayah mulai angkat bicara. "Iya yah, Daren kristen." tidak hanya tubuh, suara saya mulai gemetaran. "Keluarganya dik ?" ... "Dik, masuk kamar gih, istirahat sana !" perintah Ibu.

Entahlah, apa yang dibicarakan Ayah dan Ibu diruangtamu setelah saya masuk kekamar. Trrrttt... trrrttt... trrrttt... ponsel saya berbunyi berkali-kali, ketika saya melihat, 8 panggilan tak terjawab dari Daren. saya meneleponnya balik.

"Iya hallo, ada apa Ren ? baru selesai beberes tadi nah"
"Komentar ayah ibu gimana ? aku kepikiran terus dijalan"
"Kamu sudah dirumah belum ?"
"Belum, masih dijalan sayang."
"Udah nyetir yang bener, sampai rumah chat ya ! hati-hati kamu"
"Iya, assalamualaikum sayang"
"Waalaikumsalam"

Sebetapanya cara Daren menghormati saya, saya selalu suka. bahagia rasanya, kalau saja kita tidak berbeda keyakinan. selang beberapa menit, saya mendapati chat dari Daren. hanya sekedar memberi tau dia sudah sampai dirumah. hal sekecil apapun selalu dia cerita, kasih kabar, senangnya dia adalah laki-laki yang pandai menempatkan diri.

"Sayang, ayo cerita komentar ayah ibu bagaimana ?"
"Komentarnya, yang ada aku sayang kamu"
"Jangan bercanda ah, aku serius tanya ! mereka gak setuju ya dengan hubungan kita ? mereka mempersalahkan keyakinan kita, sama seperti teman-temanku dan teman-temanku ?"
"Aku sayang kamu Ren. istirahat yuk, kamu tadi bilang suruh aku buru istirahat. ngantuk nih ! kamu capek kan pasti, tidur sana." terakhir saya mengirim chat seperti itu, lebih tepatnya saya tidak mau membahas tentang pertemuan pertama Daren dengan orang tua saya malam ini, saya lebih memilih untuk istirahat, menenggelamkan tubuh dengan lelap, merapikan perasaan.

Keesokan harinya, ini pagi pertama Daren menjemput saya dirumah, mengantar saya ke kampus. 2 minggu yang lalu, kita menyebutnya "backstreet" sampai-sampai untuk menjemput saya dirumah saja, hampir tidak pernah. tetapi setelah kemarin malam, mulai hari ini dan seterusnya, akan kita rubah ! kita tidak sedang sembunyi, dari orang tua saya tentunya, entah dari orang tua Daren.

Daren mengambil jurusan bisnis, dia anak pertama dari 3 bersaudara. Fidelis, adik perempuannya yang seumuran dengan adik saya Billy. dan  Cirillo, adik laki-lakinya yang masih berusia 2th. mereka dari keluarga kristian, saya mengetahuinya sebelum saya dan Daren memutuskan hubungan kita lebih dari teman. Daren juga berasal dari keluarga yang lebih dari berkecukupan saya bilang.

Kembali sore ini kami berniat beristirahat ditaman usai saya kuliah. Daren bilang, dia akan menyusul, katanya masih ada urusan dikampus. dengan bantuan Nurul, teman dekat saya dikampus, diantarlah saya ketaman.
"Mau ketemu Daren, Bell ?"
"Iya nah, mau ketemu siapa lagi ? masa Tio, ntar kamu cemburu Nur"
Nurul ini salah satu teman dekat saya dikampus, dan Tio, adalah pacarnya. enak mereka, satu kampus, satu jurusan, satu kelas, surga ya ! bikin iri... hehe

"Makasih ya Nur, hati-hati" ...

10 menit saya harus bergantung sendiri ditaman. hehee
"Nih, hauskan ?" disodorin nah itu fanta merah dekat muka saya.
"Daren ah, ngagetin !" malu-malu mau, segera fanta merah ditangannya itu saya rebut hhehe. begini ini kan, ini hal kecil. iya... hal kecil, softdrink yang hanya seharga 4000, menjadi tak ternilai harganya. bagaimana tidak, Daren paling tau dan hafal betul apa-apa yang suka dan tidak saya suka, sekalipun hanya sekedar softdrink dan makanan ringan taronet seafood seperti ini. yang diminumnya saya juga hafal betul, pasti cocacola ! hehehe kalau masalah makanan Daren selalu ikutin saya.

"Masih sama ya, disini !" hmmm saya menatap Daren tajam.
"Apanya Ren ?"
"Tempat yang kita duduki ini"
"Tempat pertama kita ketemuan"
"Tempat pertama kita ketemuan" entahlah, dengan kompak kita bisa secara bersamaan menyebutnya. hahahahahaa membuat kita tertawa terbahak-bahak mendengarnya, antara geli dan... disana tumbuh rasa cinta yang mulai berakar cukup kuat untuk dirobohkan.
"Kamu pisau Ren"  mendapati respon muka Daren yang begitu, saya mengerti... dia mencari-cari maksud ucapan saya. "Kamu pisau, yang entah kapan saja bisa melukai aku, kamu, dan orang-orang sekitar kita, semua"
"Berarti kamu juga" serunya dengan cepat.
"Iya, lebih tepatnya kita adalah pisau, sewaktu-waktu bisa memberi bekas sayatan"

Hening... terdengar sedikit gemercik air yang mengalir dikubangan kecil pinggiran taman. daun-daun kering yang rela berterbangan mengikuti arah angin...

"Kamu mau menjadi seperti daun Ren, rela berterbangan mengikuti kemanapun arah angin itu pergi ?"
"Tidak !" bantahnya singkat, saya hanya melihat dia memandang kosong pada arah daun-daun itu.
"Kalau tidak, kenapa kamu terus memandangi daun itu ?"
"Karena aku tidak habis pikir, kenapa mereka dengan mudah terbawa arah arus angin. "
"Mereka daun yang sudah kering, dijatuhkan dari pohon tempat mereka tumbuh. kemana lagi mereka harus pergi kalau tidak mengikuti arah arus angin ? sama saja, mereka tetap akan masuk kekantong sampah yang dibopong bapak-bapak pembersih taman  itu. tidak ada jalan lagi..."
"Kita juga ?" seketikanya tubuh saya melemas, hati saya terenyuh sakit mendengar ucapan Daren. seakan hubungan kita akan bernasib sama seperti daun-daun itu. saya berteriak, apa Daren mendengar sakit saya ?

Nampaknya matahari sudah mulai tenggelam, ini senja. waktu kesayangan saya dan Daren ! entahlah, kita berdua sangat menyukai senja. cantik... jingganya. kita segera beranjak, lampu-lampu taman sudah mulai dinyalakan.

"Sayang, kamu mau sholat dulu sebelum balik ?" Allah, saya yang seperti ini, sering ninggal sholat, Daren... yang memiliki cara sholat berbeda dengan saya, rajin mengingatkan, dan selalu mengingatkan. saya bersyukur memiliki Daren, bukan ini takdirmu ? entahlah...
"Iya, nanti mampir ya kalau ada masjid Ren."

Akhirnya kita berhenti di masjid, dekat kampus Daren.
"Aku tunggu mobil ya, yang khusyuk sholatnya" hihihi, saya tidak bisa berbalas banyak kata, tersenyum saja cukup mengartikan betapa bahagianya saya disamping dia saat ini. semoga Daren tau.

Beberapa menit kemudian, saya kembali kemobil, menyempatkan membeli cocacola dan roti isi cokelat kesukaannya di kantin masjid.

"Lama Ren ? nih... gantinya fanta merah sama taronet seafood tadi sore" saya menyodorkan cocacola dan roti untuknya. peluknya hangat. inilah, jangan samakan bunga mahal yang gak ada apa-apanya yang cuma dapat ucapan terimakasih sama snack & softdrink murahan begini, murahpun dapatnya peluk loh. haru kan...

"Ini hari kamis ya ?"
"Iya Ren kenapa ?" dia mengambil taronet yang saya pegang, melihat saya kesusahan membuka, dia membukanya untuk saya.
"Oh... "
"Sabtu ke kampung ilmu yuk Ren"
"Kamu, kebiasaan aku belum selesai ngomong juga." bagaimanapun, saya normal sebagai seorang perempuan, merasa nyaman ketika rambut kepala dielus begini. "Mau ke kampung ilmu jam berapa sayang ? rencananya weekend besok kita gak ada ritual kencan"
"Kok... kok gitu Ren"
"Ya tuhan Yesus, aku bercanda. jangan pasang muka sedih gitu dong ah !" sekali lagi dia elus rambut kepala saya begini, duh... saya jadiin suami. hehehe "kerumahku yuk ?"
Stuck "Ren, kamu gak tidur kan ? bukan kamu pernah cerita, waktu kamu sebut nama aku didepan mereka ? badrespons"
"Kamu serius dengan aku Bell ?"
Trrrrt.... trrrt.... trrrttt... "Siapa Ren ?" handphone Daren berdering. "Mama"
Saban kali Daren mendapat telpon dari orang tuanya, saya harus diam. langkah paling akurat agar orang tua Daren tidak mengetahui bahwa Daren sedang bersama saya.

"Iya, hallo ma... ada apa ?" ... "lagi sama Bella ma !"  bla... bla..
Saya tercengang ketika Daren berkata pada mamanya, dia sedang bersama saya. yang saya pikirkan saat itu, mama Daren pasti semakin tidak menyetujui hubungan kami.

"Kamu kok bi..." ... "Sayang langsung balik ya, aku disuruh anter mama belanja" . mendengar Daren yang buru-buru nyalain mesin mobilnya, saya tidak melanjutkan ucapan, hanya mengangguk pelan.

....

Sesampainya dirumah... entahlah, sekarang tiap kali saya pulang bersama Daren yang menjadi pertanyaan wajib orang tua saya adaah  "Daren gak disuruh masuk dik ?". saya mengacuhkan pertanyaan mereka, mencuci muka, lalu masuk kamar.

"Dik, makan." Digedornya pintu kamar saya pelan. jelas itu suara Ibu, siapa lagi perempuan dirumah kalau bukan saya dan Ibu. hehehe
"Tidak Bu, Bella sudah makan sama Daren"
"Sini, Ayah Ibu mau ngomong !" tidak mau terus-terusan saling berbicara dibalik pintu, rasanya tidak sopan. saya keluar.

"Dik,  keluarga Daren bagaimana ? tau kamu sama dia". kalau sudah ayah yang angkat bicara, penyakit gemetar ditubuh dan suara mulai kerasa.
"Bella belum pernah ketemu secara langsung Yah. tapi dari cerita Daren, orang tua nya tidak menyetujui."
"Terus kalau kamu tau keluarga Daren tidak menyetujui ? ka..."
"Terus, Ayah mau bilang Ayah juga tidak menyetujui kita kan ? Maaf Yah, Bella menyela ucapan ayah. "
"Dik, tau tidak islam mengajarkan yang bagaimana ? agama yang diterima di sisi Allah hanyalah islam. hubungan beda agama itu dilarang, apalagi sampai menikah. adik mau nikahnya dianggap tidak sah di mata Allah ?"
"Terus, bagaiman dengan mereka yang berbeda agama bisa menikah dan mempunyai anak-cucu, mereka bahagia dengan perbedaan keyakinan yang mereka punya. mereka tidak mempermasalahkan itu Yah."
"Ibu tidak melarang kamu dengan Daren, kalian sudah dewasa, sama-sama tau apa yang dipilih, resiko apa yang dihadapi" sahut Ibu, masih dengan nada suaranya yang selalu lembut ditelinga saya.

Saya beranjak dari ruang tengah. rasanya kamar saya adalah satu-satunya tempat paling nyaman, paling mengerti saya. mendengar ucapan seperti itu, sakit. rasanya seperti disayat pisau tajam. nyatanya bukan hanya saya dan Daren yang mempunyai pisau, tapi semua orang. iya... semua orang !

 

bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gandeng Tangan

malam minggu romantis ke Pacet, bareng Ayah Ibu. ehm... semacam sudah jadi rutinitas seminggu sekali kesini sih. ..... entah kenapa, Ibu-ku rewel banget hari ini. yang berangkat molor sejam nunggu dia dandan. yang minta mampir sini, mampir sana, beli ini, beli itu. dan.. beberapa menit kemudian sepertinya dia mulai lapar, lalu minta makan-nya harus nasi goreng . (sebentaran sudah nyampek lokasi, eh rewel lagi.) syukur-syukur nemu penjual nasi goreng nih kan. (tapi, zonk. gak seberapa enak). mamam tuh bu ! hahaha *astaga, bella mintamaaf bu*. oke skip, inti cerita dari judul diatas itu kayak gini. Nasi Goreng Pak Joui ..... kebetulan kita bertiga semeja dengan dua sejoli, yang nampaknya sih berstatus 'pacaran'. eh nasi goreng datang, kita mamam dulu yaa. "mana sih ? iyaa... iyaa...". "jangan dihapus. kenapa sih memang ?" ewuuul, mbak ini gelandotan manja banget ke mas-nya, sambil ngubek-ngubek handphone si mas-nya gitu. (maklum, pacar

Wonderful Sunset ( Bangkalan Madura )

okay, ini kali kedua aku menginjakkan kaki ke Pulau Madura, sebelumnya... kali pertama kesini sengaja ingin mencicipi bebek terkenal di Madura "Bebek Sinjay", tidak hanya menikmati kulinernya, aku juga teman-temanku yang lain disuguhi keindahan Pulau Madura dari ketinggian 60m, di Mercusuar Sembilangan berlantai 17.  25 Desember 2013, Merry Christmast yang selalu identik dengan hari libur. hehe semalam, aku memang sudah berencana ingin ke Pelabuhan Perak, aku ingin mencoba bagaimana rasanya duduk dikapal, menyebrang ke Pulau Madura. yap, akhirnya... kali kedua ini aku hanya berangkat berdua dengan sahabat terbaikku siang itu, Risa. kita hanya merogoh dompet Rp.12.000,- untuk biaya masuk pelabuhan dan biaya transportasi kapal. tidak jauh dari jarak kapal berhenti, kita bisa melihat patung tugu pahlawan TNI AL Surabaya, tinggi besar. sedikit kapal yang kita tumpangi menuju ketengah laut, kita bisa melihat jembatan Suramadu yang kali kedua ke Pulau Madura kita melewatinya. rasan

Kabar-Kabar Lagi Nanti !

Apa kabar berkali-kali kau bilang "goblok" separuh bagianku ini ? Tapi aku ganti baru sekali saja, kau bilang sakitnya setengah mati ! 🤣 Lalu pernah tidak kau tanyakan bagaimana kabar ku begini ? Biar tidak hanya melalu kamu yang tidak boleh tersakiti. Oke, aku nanti kabar-kabar berikutnya.. Pokoknya kamu harus bahagia ! Kamu harus menang seenaknya. Ya !