Abram, lama sekali aku tidak menulis email untukmu. iya, tidak seperti dulu.
Dulu hampir setiap hari aku menulis email untukmu, menceritakan banyak hal, atau hanya sekedar menyapa dan inginkan tau keadaanmu.
Terlewat dari balasan-balasan yang masuk ke emailku , kamu mengajarkan aku banyak hal, keterbukaan, dan juga kekuatan. entah dari mana asalnya kamu selalu bisa dan paling bisa menegakkan kembali kepalaku, seberat apapun masalah yang aku hadapi.
Abram, kamu bukan laki-laki biasa, setidaknya bagi hidupku.
Ah apa kabar kamu Bram ? Terakhir kali aku menanyakan kabarmu, mengirimkanmu email, tidak satupun balasan. Basi yah, masih saja aku menanyakan kabarmu. biarlah, aku hanya ingin mengulang kebiasaan lamaku, kebiasaan lama kita.
Apa kabar surat email kita ? kamu masih simpan ? aku harap kamu terus menjaganya, terus membacanya, meski aku tau sesuatu yang mustahil jika aku menemukan surat email darimu. kita menyimpan banyak kenangan dalam tulisan-tulisan itu, kenangan yang berisi hampir separuh dari cerita hidup kita.
Aku kangen kamu, aku kangen semua itu, jujur saja.
Sejak kepergianmu, mungkin kamu akan menertawakan aku. aku menjadi wanita yang rajin mencatat seluruh cerita dalam kesendirian yang meradang. setiap kali aku mencari seseorang untuk menggantikanmu, dia selalu tidak seindah kamu.
Aku merindukan semua cerita kita, jujur saja.
Abram, baik-baik kamu disana. Tuhan memberkatimu.
Komentar
Posting Komentar