Reya menarik nafas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara
datar. “yah, sayang penyesalan memang selalu datang terlambat, dan waktu tidak
bisa diputar kembali. apa yang sudah hilang tak mungkin kembali.”
“Reya, tunggu sebentar.” aku berusaha mencegah kepergian
Reya. “masih ada yang ingin aku katakan”.
“aku rasa semua sudah selesai Luh, tak ada lagi yang perlu
dibicarakan.”. Reya tetap melangkah pergi meninggalkanku. nyeri dihatiku terasa
semakin menjadi, hingga membuatku sulit bernafas.
seiring langkah kakinya menuruni anak tangga, secuil demi
secuil harapan muncul dihatiku, aku ingin Reya berbalik arah, lalu mengatakan telah
memaafkanku, dan hubungan kita baik-baik saja setelah ini.
…..
laki-laki itu terus menceracau. aku hanya bisa diam, tindakan
yang aman untuk menunjukkan ya atau tidaknya aku terhadap semua-mua yang
diucapkan.
aku tak mengerti bagaimana cinta ini dapat sebegitu rimbun.
namun, ketika aku terbiasa dengan tidak adanya sedikitpun
perhatian dan waktu dari Galuh sebagai kekasihku – sungguh, aku tak lagi
mengingatnya ketika aku membutuhkan apapun, atau mungkin aku sudah melupakan
kekasihku itu, tiba-tiba saja perasaanku yang begitu rimbun lamat-lamat menyusup.
aku lelah berselisih dengan perasaan. dan hari ini terjawablah
semua.
…..
tapi sungguh, kata-kata yang keluar dari mulut Reya hari ini
membuatku sadar bahwa ketaklaziman ini adalah hal luar biasa yang dapat
meruntuhkan semuanya. harusnya ku berikan perhatian dan waktuku saat ada
kesempatan, mengajaknya melakukan hal-hal yang dia suka.
yah, sayang penyesalan memang selalu datang terlambat, dan
waktu tidak bisa diputar kembali. apa yang sudah hilang tak mungkin kembali.
sekarang Reya – kekasihku sedang melakukan hal-hal yang dia
suka. tapi melakukannya dengan laki-laki lain.
sekarang aku takkan pernah bisa membereskan kekacauan ini.
aku hanya berharap pada laki-laki itu, agar dia bisa
melakukan segala yang harusnya dulu ku lakukan, saat aku masih menjadi
kekasihmu – Reya.
Komentar
Posting Komentar